"Budaya hierarki dan kolektivisme menuntut perempuan mempertahankan status quo, seperti keharmonisan dan keseimbangan, termasuk mengorbankan pendapat dan kebutuhan pribadi."
Saat perempuan
hamil, banyak dari mereka yang mempertanyakan eksistensi karir dan peran ibu yang
sebentar lagi disandangnya. Dua keputusan dilema ini sering kali menimbulkan
kekhawatiran baru dan perdebatan yang tidak ada habisnya. Selain dilema dari
diri sendiri, pilihan ini juga dipengaruhi oleh persepsi dan tekanan sosial.
Dilema Ibu Rumah Tangga
Menjadi ibu rumah
tangga yang mengurus anak atau stay at home mom sering kali menimbulkan
dilema perempuan. Pilihan ini biasanya dilakukan karena perempuan ingin
memberikan waktu lebih banyak serta secara penuh menyediakan kebutuhan anak.
Tujuannya yaitu membangun koneksi setiap hari tanpa terdistraksi urusan lain,
seperti pekerjaan dan karir.
source: pixabay.com |
Perempuan akan
merasa lebih utuh karena peran “selalu ada” bisa terpenuhi. Kondisi ini menimbulkan
rasa cukup, kesenangan hati, dan kepuasan akan sifat nurture yang tersalurkan.
Mereka mampu melihat perkembangan di setiap milestone kehidupan anak.
Di sisi lain, perempuan
sering merasa kesepian, terisolasi, bahkan kehilangan jati diri utamanya pada
ibu pemula. Kehidupan sosialnya hilang, percakapan dengan orang dewasa juga berkurang
drastis. Waktu yang lebih banyak tercurahkan untuk anak membuat perempuan kehilangan
waktu melanjutkan karir, menjalankan hobi, bahkan sekadar merawat diri. Hal ini
memicu rasa meragukan diri sendiri.
Belum lagi tuntutan
sosial sebagai ibu sempurna soal mendidik dan merawat anak. Meskipun banyak hal
yang telah dikorbankan, tuntutan ini terus menerus berdatangan utamanya berkaitan
dengan budaya wilayah timur. Ibu juga akan membandingkan cara mengasuh,
merawat, dan mendidik anak dengan ibu lainnya sehingga meningkatkan kecemasan
bahkan depresi.
Dilema Ibu Bekerja
Karir membuat perempuan
merasa memiliki tujuan hidup, self esteem, kemandirian finansial, serta
pencapaian personal. Mereka juga memiliki kehidupan sosial lebih baik di
lingkungan pekerjaan. Banyak ibu bekerja atau working mom merasa utuh
karena mampu menjalani kehidupan profesional dan memiliki peran ibu dalam waktu
bersamaan.
source: pixabay.com |
Dilema negatif
tersebut menimbulkan stress dan burnout, hingga akhirnya peran di
pekerjaan maupun di rumah tidak dilakukan maksimal. Hal ini mengganggu work
life balance hingga berisiko meningkatkan frustasi. Pada beberapa kasus
bahkan anak yang menjadi korban depresi baik pada ibu bekerja maupun ibu rumah
tangga.
Budaya Patriarki Terhadap Perempuan
Sebuah riset
menunjukkan, sebanyak 9 dari 10 perempuan merasa dihakimi sebagai ibu. Sementara,
sebanyak 8 dari 10 perempuan merasa dikritik oleh keluarganya sendiri.
source: pixabay.com |
Budaya hirarki dan
kolektivisme menuntut perempuan mempertahankan status quo, seperti keharmonisan
dan keseimbangan, termasuk mengorbankan pendapat dan kebutuhan pribadi. Aturan
ini memang tidak tertulis, termasuk tuntutan sempurna saat menjadi seorang ibu.
Referensi:
Therapy For Moms. 2024. Working Mom vs. Stay-at-Home Mom: The Emotional Journeys.therapyformoms.org. Diakses 1 November 2024.
El Pais. 2023. Expectations, guilt and social pressure in motherhood: 9 out of 10 women feel judged. english.elpais.com. Diakses 1 November 2024.
Psychology Today. 2018.The Non-Conforming Asian Women. psychologytoday.com. Diakses 1 November 2024.
Comments
Post a Comment